Minggu, 27 November 2011

Askep Flu Burung

Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar. Flu burung pertama kali di temukan menyerang di italia sekitar 100 Tahun yang lalu , wabah virus ini menyerang manusia pertama kali di Hongkong pada tahun 1997 dengan 18 korban dan 6 diantaranya menigngal . di Indonesia , penyakit ini awalnya di duga sebagai penyakit tetelo atau VVND ( Velogenik Viscerotropik Newcastle Disease ) yang pernah menyerang pada pada tahun tahun sebelumnya.
Penyakit ini merupakan penyakit baru yang menarik perhatian banyak pihak karena penularannya sangat cepat dengan angka kematian yang tinggi. Avian flu juga melibatkan sector peternakan khususnya unggas yang mempunyai dampak besar dalam ketersediaan daging ( gizi ) di masyarakat dan sector ekonomi para peternaknya.
Sejarah dunia telah ,mencatat 3 pandemi besar yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. pandemi pertama terjadi pada tahun 1918 berupa flu spanyol yang disebabkan oleh subtype H1N1 dan memakan korban meninggal 40 juta orang . pandemic kedua terjadi pada tahun 1958 berupa flu asia yang disebabkan oleh H2N2 dengan korban 4 juta jiwa. Pandemic terakhir terjadi pada tahun 1968  berupa flu hongkong yanag disebabbkan oleh H3N2 dengan korban 1 juta jiwa .

1.    Penyakit yang di derita oleh tuan G

Flu burung di definisikan sebagai penyakit yang di sebabkan oleh virus influenza A subtype H5N1 yang menyerang burung , unggas , ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam lebih dari 38 C , batuk , pilek , nyeri otot , nyeri tenggorokan . Namun gejala ini harus di terapkan pada seseorang yang pernah kontak dengan binatang tersebut dalam tujuh hari terakhir. Terutama jika unggas tersebut menderita sakit atau mati . Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung.
Penyebab flu burung adalah virus avian influenza ( AI ) dari family orthomyxoviridae. Virus strain A ini di bedakan menurut tipe hemaglutinin ( H ) dan Neuraminidase ( N ) sehingga virus ini dapat di klasifikasikan menurut subtipenya. Subtiipe H5 dan H7 di perkirakan merupakan penyebab wabah dengan tingkat kematian yang tinggi ( patogenik ). Subtype H5N1 dapat bermutasi secara genetic dengan subtype lain sehingga dapat menular ke manusia atau hewan selain burung.





2.    Komplikasi yang mungkin terjadi

o   Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
o   Encephalitis ( bulbar )    
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
o   Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Patofisiologi :
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar, yaitu:
1) Invasi langsung ke miokard.
2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
o   Paralisis akut flaksid
o   Pneumonia ( peradangan paru )
sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol
.
o   Kematian
Terjadi jika mengalami gagal nafas akut

3.    Masalah utama pada pasien berdasarkan konsep patofisiologi

Patogenesis
Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri).
Gejalanya yang ditunjukkan pada kasus seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis). Bila keadaan memburuk, dapat juga terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO.  Keadaan ini umumnya terjadi karena infeksi flu yang menyebar ke paru dan menimbulkan pneumonia. Radang paru (pneumonia) ini dapat disebabkan oleh virus itu sendiri atau juga oleh bakteri yang masuk dan menginfeksi paru yang memang sedang sakit akibat flu burung ini.

4.  Data klinis dan diagnostik pasien

Sampel ( Spesimen ) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.
Data Klinis :
1.    pemeriksaan serologi
Bertujuan untuk menilai respon antigen antibody dan atau mengisolasi virusnya sendiri.pada kasus flu burung dapat di jumpai peningkatan titer netralisasi antibodi dan dapat di lakukan analisis antigenic dan genetic antara lain untuk mengetahui apakah sudah ada mutasi dari virus tersebut.
2.    Tes antibody spesifik pada satu specimen serum.
Hasil biakan virus positif influenza A ( H5N1 ) atau hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5 . peningkatan titer antibody spesifik H5 sebesar > 4 x > hasil dengan IFA positif untuk antigen H5.  
3.    Diagnose infeksi virus H5N1 di pastikan dengan ditemukannya virus . lokasi di isolasinya virus ini ada pada usap tenggorok , cairan yang di isap dari trakea , aspirat saluran hidung tengorok dan adapula virus yang ditemukan dari cairan bronco alveolar yang di dapat dengan pemeriksaan bronkoskopi ( memasukan alat kealat ke paru pasien )
4.    Pemeriksaan untuk mengetahui berapa kadar oksigen dan karbondioksida di dalam darah . jika oksigennya rendah  ( normal 80 – 100 mmhg ) dan kadar karbondioksidanya tinggi ( normal 35 – 45 ) maka dapat terjadi keadaan gawat nafas. Sebagaian besar pasien flu burung meninggal karena gawat nafas akut.
5.    Pemeriksaan elisa (Enzimatik liknk immuno sorbent assay )
Dilakukan dengan cara mengambil cairan hidung tenggorok dan positif ditemukannya virus influenza A.

Diagnostik AI ( Avian Influenza ) :
1.    Kasus tersangka ( possible cases )
·         Demam .> 38 C , batuk , nyeri tenggorokan
·         Salah satu penderita pernah kontak dengan penderita AI
·         Kurang dari satu minggu terakhir pasien pernah mengunjungi peternakan di daerah HPAI ( high pathogenic avian influenza )
·         Bekerja di laboratorium dan kontak dengan sample dari tersangka AI
2.    Kasus mungkin ( probable cases )
·         Kasus tersangka
·         Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus AI dengan antibody monoclonal H5
·         Tidak terbukti adanya penyebab lain
3.    Kasus pasti ( confirmed cases )
·         Hasil kultur virus H5N1
·         Pemeriksaan PCR influenza H5 positif
·         Peningkatan titer antibody spesifik H5 sebesar 4 kali.
Diagnosis pasien ditegakan dengan pengujian agar gell precipitation (AGP) Penentuan subtype virus di lakukan dengan pengujian haemaglutination inhibition ( HI ).

5.     Masalah keperawatan

Masalah Keperawatan

Etiologi
·         Gagal nafas akut
·         Ketidakadekuatan suplai O2 ke dalam paru paru
·         Risiko komplikasi akibat penyakit
·         Infeksi virus
·         Obstruksi jalan nafas
·         Penanganan yang terlambat dan tidak tepat


6.    Asuhan Keperawatan

v  Pengkajian

Data objektif

Data subjektif
·         Ronchi +/+
·         Td 120/80 mmhg
·         N 100/mnt
·         P 30x/mnt
·         Cuping hidung
·         Suhu 39 C
·         Konjungtifitis ( infeksi selaput mata )
·         Sakit tenggorokan
·         Batuk kering
·         Sakit kepala
·         Lemas
·         Tidak nafsu makan
·         Muntah
·         Nyeri perut
·         Nyeri sendi
·         Diare




v  Diagnosa Keperawatan 1

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

Kriteria hasil :

·            Menunjukan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih
·            Berpartisipasi dalam aktifitas atau perilaku mingkatkan fungsi paru

Intervensi

·         Mengidentifikasi etiologi atau faktore pencetus seperti infeksi
·         Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, perubahan tanda vital
·         Auskultasi bunyi nafas
·         Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam
·         Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala dan tempat tidur



Rasional

·         Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik yang lain
·         Distres penapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.
·         Bunyi nafas dapat menurun atau tidak ada pada lobus, segmentaris, atau seluruh area paru.Area atelektasis tak ada bunyi nafas dan sebagian area kolaps menurun bunyinya.
·         Sokongan terhadap dada atau otot abdominal membuat batuk tidak efektif
·         Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.






Evaluasi :


S : Pasien tidak mengeluh sesak
O :
-     Tidak terdapat cuping hidung
-     Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
-     Frekuensi nafas normal (16-20 x/menit)
A : Tujuan tercapai sepenuhnya
P : Planing dihentikan


v  Diagnosa Keperawatan 2

Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan dengan sekresi tertahan

Kriteria hasil :

·         Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau jelas
·         Mengeluarkan atau membersihkan secret

Intervensi :

·         Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
·         Kaji/pantau frekuensi pernapasan
·         Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
·         Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
·         Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
·         Ajarkan pasien lakukan nafas dalam
·         Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontraindikasi
·         Berikan cairan hangat sedikitnya 2500 ml per hari
·         Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.

Rasional :

·         Mengetahui derajat spasme bronkus
·         Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
·         Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
·         Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
·         Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
·         Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru paru/ jalan nafas lebih kecil
·         Fisioterapi dada dapat di lakukan untuk membantu mengeluarkan secret
·         Cairan hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret
·         Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.


Evaluasi :

S : -
O :
- pasien mampu mengeluarkan secret dan batuk efektif
- suara ronchi tidak terdengar
 A : tujuan tercapai seluruhnya
P : planning di hentikan

v  Diagnose Keperawatan 3

Risiko tinggi penyebaran terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia , perlengketan secret pernafasan )

Kriteria hasil :

·            Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
·            Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan risiko
      infeksi

Intervensi :

·         Pantau tanda vital dengan ketat khusunya selama awal terapi
·         Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret ( msl, meningkatkan pengeluaran daripada menelan ) dan melaporkan perubahan warna , bau , dan jumlah secret
·         Dorong tekhnik mencuci tangan yang baik
·         Ubah posisi dengan sering
·         Batasi pengunjung sesuai indikasi
·         Lakukan tekhnik isolasi pencegahan sesuai individual

Rasional :

·         Selama periode ini , periode komplikasi fatal dapat terjadi
·         Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membataasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus di keluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik sputum menunjukan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder
·         Menurunkan penyebaran infeksi
·         Meningkatan pengeluaran dan pembersihan infeksi
·         Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain
·         Tekhnik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses infeksi lain

Evaluasi :

S : -
O : waktu perbaikan infeksi tanpa komplikasi
A  : tujuan tercapai seluruhnya
P : planning di hentikan
  
v Kesimpulan

Flu burung di definisikan sebagai penyakit yang di sebabkan oleh virus influenza A subtype H5N1 yang menyerang burung , unggas , ayam yangf dapat menyerang manusia dengan gejala demam lebih dari 38 C , batuk , pilek , nyeri otot , nyeri tenggorokan . namun gejala ini harus di terapkan pada seseorang yang pernah kontak dengan binatang tersebut dalam tujuh hari terakhir. Terutama jika unggas tersebut menderita sakit atau mati . Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung.


Daftar pustaka

v  Potter and Perry. Fundamental Dalam Keperawatan. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC. 2006
v  Dongoes M, Geissler A, Moorhouse M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC. 2000
v  Mahdiana,Ratna. Mengenal Mencegah dan Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi.Citra Pustaka : Yogyakarta . 2010
v  Widoyono. Penyakit Tropis Epidemologi,Penularan , Pencegahan ,dan Pemberantasannya. Erlangga : Jakarta .2005.

0 komentar:

Posting Komentar